
Keterangan Gambar : Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri PPN/Kepala Bappenas) Suharso Monoarfa saat membuka Acara World Coconut Day 2023 Sustaining Coconut Sector for the Present and Future Generation di Gorontalo, Sabtu (23/9/2023).* (foto: istimewa)
WORLD COCONUT DAY 2023, GORONTALO KEMBANGKAN POTENSI EKSPOR KELAPA
Editor: Rita Zoelkarnaen
indonesiapersada.id – Gorontalo: Pemerintah Indonesia berupaya untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 dengan syarat Indonesia mampu keluar dari middle income trap (MIT). MIT atau Perangkap Pendapatan Menengah adalah suatu keadaan ketika suatu negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.
“Kita perlu mempercepat laju pertumbuhan baru, sambil mempertahankan jalur pembangunan berkelanjutan,” urai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri PPN/Kepala Bappenas) Suharso Monoarfa saat membuka Acara World Coconut Day 2023 Sustaining Coconut Sector for the Present and Future Generation di Gorontalo, Sabtu (23/9/2023).
Berdasarkan data Kementerian PPN/Bappenas, selama kurun waktu 2013 - 2021, kontribusi sektor pertanian mengalami sedikit penurunan. Sedangkan subsektor perkebunan relatif stabil di kisaran 3,75% terhadap PDB. Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan komoditas kelapa yang mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui ekspor.
Nilai ekspor kelapa menempati posisi ketiga setelah minyak sawit dan karet. Untuk meningkatkan produktivitas kelapa, pemerintah menyediakan bibit kelapa unggul yang didukung Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Selain produktivitas, upaya pengembangan kelapa ditempuh melalui pertanian presisi.
Yakni sistem pertanian yang mengintegrasikan strategi pengelolaan dengan teknologi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya. Sehingga mampu mencapai hasil maksimal sekaligus meminimalkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan.
Selain itu, proses industrialisasi berbasis pertanian, bio ekonomi, dan pembentukan korporasi petani. Serta terus mempromosikan keberlanjutan dan ekonomi hijau. Juga ekonomi sirkular yang menjadi strategi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025 - 2045 untuk mempercepat transformasi ekonomi.
Keberadaan Suharso di Gorontalo ini dalam rangka melanjutkan jadwal kunjungan kerja. Selain menghadiri acara peringatan Hari Kelapa Dunia, juga meninjau pembangunan Gedung Neuro Center di RSUD dr. MM Dunda Limboto, serta meresmikan pasar modern Limboto.
Hadir mendampingi selama kegiatan tampak Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad, Pj. Gubernur Gorontalo Ismail Pakaya, dan Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo. Suharso menekankan pentingnya menjaga fasilitas dan aset daerah yang dibangun dari dana Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ini.
“Mari kita jaga aset ini, karena ini dibiayai dengan jerih payah luar biasa dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Terkait dengan cara – cara perdagangan, cara – cara supply barang dan seterusnya. Menurut saya harus dipikirkan keberlanjutan, keterikatan, dan keterkaitannya dengan produksi barang-barang di Gorontalo. Kalau bukan kita sendiri yang mempromosikan, siapa lagi. Supaya perputaran ekonomi itu terjadi di dalam Gorontalo,” tegas Menteri Suharso.
Suharso merampungkan kunjungan kerja ke Gorontalo dengan meninjau proyek penanganan pengendalian banjir Kawasan Limboto Barat. Proyek ini termasuk ke dalam Major Project pemulihan 4 Daerah Aliran Sungai Kritis dalam Kerangka RPJMN 2020-2024. Sebanyak 57% lahan di wilayah Sungai Limboto – Bolango – Bone adalah lahan kritis yang mengakibatkan sedimentasi dan dapat menurunkan kapasitas tanah untuk menampung air hujan.
“Sekalipun sudah dibikin begini, dengan climate change ini, jumlah hari hujan akan berkurang, tapi curah hujannya akan sangat tinggi begitu hujan. Untuk itu, penanganan di hulu sangat penting. Kalau di hulu sudah teratasi, itu sudah menangani 50% masalahnya. Kalau air bisa masuk ke tanah, itu bagus sekali. Tanah harus jadi reservoir raksasa,” pungkas Suharso.* (rit’z)
Facebook Comments