PISAU BERMATA DUA, GAWAI PADA ANAK JANGAN BERLEBIHAN

Keterangan Gambar : Tampilan flyer Webminar Dampak Teknologi Terhadap Perkembangan Otak Pada Anak yang menghadirkan narasumber diantaranya Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jumeri.* (foto: tangkapan layar)


indonesiapersada.id – Jakarta: Kemajuan teknologi, jika pemanfaatannya berlebihan bisa menjadi bumerang pada anak, bahkan juga bisa terjadi pada orang dewasa. Hal tersebut mengemuka dalam Webminar Dampak Teknologi Terhadap Perkembangan Otak Pada Anak, Sabtu (16/1/2021) di Jakarta.

Pendapat itu disampaikan Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jumeri, yang hadir sebagai salah satu pembicara. Menurutnya, perkembangan teknologi yang begitu pesat telah mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali mulai dari anak-anak usia dini sampai dengan orang dewasa.

“Teknologi bak pisau bermata dua, jika kita bisa memanfaatkan dengan baik tentu memiliki dampak positif yang bisa bisa membantu dalam berbagai hal, namun jika salah dalam memanfaatkan tentu akan menjadi bumerang,” ujarnya.

Merujuk release Kemenkonifo, Minggu (17/1/2021), penggunaan gawai sebagai sarana untuk mengakses teknologi yang berlebihan terbukti dapat memberikan dampak buruk pada anak, terutama anak di usia dini.

Bahkan menurut Dokter Spesialis Saraf Anak Departemen Neurologi RSCM, Yetty Ramli, bagian otak anak usia dini yang sering terpapar gawai menunjukan adanya perubahan struktur otak.

“Penggunaan gawai yang berlebihan juga dapat mengganggu perkembangan kemampuan kognitif anak, seperti daya ingat, bahasa, daya tangkap, memori, juga kemampuan motorik, serta sensoris anak,” jelasnya.

Meskipun demikian, pandemi mengharuskan anak-anak menjalani pembelajaran secara online. Menurut Yetty Ramli, hal itu merupakan dampak positif kehadiran teknologi, namun juga memberikan dampak negatif pada sisi kesehatan, psikologis dan emosi anak.

“Penggunaan gawai dalam jangka panjang dan terus menerus memberikan efek samping pada fisik, seperti mata kering, sakit kepala, nyeri leher, kemudian juga berakibat kurangnya nafsu makan dan gangguan tidur. Selain itu, jika hal-hal yang diterima anak hal-hal negatif, bisa menyebabkan kecanduan atau adiksi, yang bisa mempengaruhi mental,” tambahnya.

Seminar daring ini menghadirkan Dewan Pengarah Siberkreasi & Founder Sejiwa, Diena Haryana; Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud, Sri Wahyuningsih; Praktisi Neurosains Terapan/Founder Vigor, Anne Gracia; Ketua Umum Parfi ‘56/Dewan Pengarah SiberKreasi, Marcella Zalianty; dan Tim Komunikasi Publik KPCPEN Basra Amru. Narasumber memberikan berbagai kiat untuk menjadi adaptif terhadap perkembangan teknologi serta penggunaan teknologi atau gawai secara aman dan sehat untuk anak-anak.* (rit’z)

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.

Slot Gacor