PERTUNJUKAN RAKYAT CAMPURSARI BUMIKAN PANCASILA DARI KOTA BLITAR

Keterangan Gambar : Parade Sinden Kota Blitar menjadi bagian dari sajian Pertunjukan Rakyat (Pertura) Group Campursari Sidomuni yang dihelat Diskominfotik Kota Blitar, Sabtu (19/6/2021) di Hall Kagawara Hotel Puri Perdana Jl. Anjasmoro Kota Blitar.* (foto: mahardhika for IP)


Editor: Rita Zoelkarnaen
Kontributor: Afix Rahardian – LPPL Radio Mahardhika FM Kota Blitar Jatim
 

indonesiapersada.id – Blitar Kota: Kesenian tradisional yang bertutur, bisa menjadi sarana pendidikan toleransi dan sosialisasi yang ampuh. Seperti halnya saat dulu Wali Songo berdakwah menyebarkan Islam menggunakan media pagelaran wayang kulit. Meniru jejak sejarah tersebut, Dinas Kominfo dan Statistik (Diskominfotik) Kota Blitar memanfaatkan pagelaran seni Campursari sebagai sarana membumikan ajaran Bung Karno tentang nilai – nilai Pancasila.

Demikian diungkapkan Kadiskominfotik Kota Blitar Moh. Aminurcholis seperti dilaporkan Reporter Afix Rahardian dari LPPL Radio Mahardhika FM, sebelum pelaksanaan pertunjukkan.

Bertepatan dengan rangkaian kegiatan Bulan Bung Karno, Sabtu (19/6/2021), bertempat di Hall Kagawara Hotel Puri Perdana Jl. Anjasmoro Kota Blitar, berlangsung Pertura Campursari. Acara dikemas secara virtual dengan protokol kesehatan ketat karena masih dalam masa pandemi Covid-19. Masyarakat cukup menyaksikan melalui tayangan di chanel Youtube Pemkot Blitar, televisi swasta lokal AB TV, Radio Mayangkara FM dan LPPL Radio Mahardhika FM.

Menghadirkan bintang tamu dua sinden ternama Jawa Timur, Proborini dari Surabaya dan Lusi Brahman dari Ponorogo. Para seniman yang dilibatkan sekaligus sebagai upaya untuk memberdayakan dan menghidupkan kembali para seniman seniwati lokal, yang selama pandemi sepi order. Pelaksanaan pertunjukkan dikoordinir oleh seniman lokal Kota Blitar Nanda Mak Cangik, melibatkan Group Campursari Sidomuni dan para sinden lokal yang dikemas dengan sajian Parade Sinden.

Selaras dengan tujuan melakukan pembinaan terhadap Pertura sebagai sarana diseminasi informasi, maka dalam pelaksanaan kegiatannya harus mencerminkan tontonan yang tidak hanya menghibur tetapi juga harus mendidik. Sesuai dengan Bulan Bung Karno, Pertura Campursari Sidomuni kali ini mengangkat tema tentang toleransi, kerukunan, dan kebersamaan dengan judul “Tonggo Tunggal Gedhek” yang artinya tetangga gandeng tembok.

“Tetep hiburan, sebagai tontonan dan tuntunan. Karena masih pandemi maka kita sajikan secara virtual dengan menerapkan protokol kesehatan. Melalui acara ini seniman diharapkan terjaga semangatnya dalam berkarya. Serta bisa menjawab kerinduan masyarakat terhadap seni pertunjukkan campursari yang digemari masyarakat Blitar,” tambah Aminurcholis.

Pagelaran yang berlangsung dua jam tersebut mengisahkan tentang hubungan dua keluarga yang hidup bertetangga, yang satu kaya yang satu miskin. Keluarga yang kaya memiliki anak perempuan, sedangkan keluarga yang miskin memiliki anak laki – laki. Sehari – hari, dua pasang suami istri ini sering cekcok karena yang kaya suka pamer sehingga yang miskin merasa sakit hati.

“Tapi, dua keluarga ini tidak sadar jika sebenarnya tanpa sadar, mereka sebenarnya sudah saling membantu. Misalnya saat genteng rumah si kaya bocor, istri si kaya ini minta tolong pada suami si miskin untuk membenahi. Hingga akhirnya dua keluarga ini bisa menerima kondisi masing – masing karena kedua anak mereka saling jatuh cinta dan minta restu untuk menikah,” terang Nanda Cangik yang sekaligus menjadi sutradara.

Saat acara berlangsung terlihat hadir Wali Kota Blitar Santoso yang memberikan sambutan sekaligus membuka pagelaran. Santoso mengatakan, dirinya memberikan apresiasi atas penyelenggaraan Pertura tersebut. Kesenian rakyat adalah bagian dari ajaran Trisakti Bung Karno untuk mewujudkan Indonesia yang Berkepribadian dalam Kebudayaan. Ia berharap, kebudayaan yang tersaji melalui Pertunjukan Rakyat bisa dijaga dan dikembangkan terutama oleh para generasi muda.

“Alhamdulillah kita masih dapat menggelar Pertura dengan protokol kesehatan. Kita masih bisa memberikan wadah bagi seniman yang sekaligus sebagai wujud Indonesia harus berkepribadian dalam kebudayaan,” pungkas Santoso.* (mahardhika for IP)

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.

Slot Gacor