
Keterangan Gambar : Sempat terhenti tahun lalu karena awal pandemi Covid-19, tahun ini Parade Pesona Kebangsaan memperingati Hari Lahir Pancasila kembali digelardengan protokol kesehatan ketat di Kabupaten Ende yang dikenal sebagai salah satu tempat pengasingan Bung Karno. Di tempat inilah diyakini awal lahirnya pemikiran Sukarno tentang Pancasila.* (suaranagekeo for IP)
NAPAK TILAS BUNG KARNO DI ENDE DENGAN PARADE PESONA KEBANGSAAN
- Menandai Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945
indonesiapersada.id - Jakarta: Pemerintah Kabupaten Ende menggelar Festival Parade Pesona Kebangsaan selama dua hari, 31 Mei hingga 1 juni 2021. Parade Pesona Kebangsaan ini merupakan agenda tahunan di Ende sebagai momentum dalam memperingati lahirnya Pancasila setiap 1 Juni.
Parade dimulai pukul 09.00 waktu setempat dengan mengambil titik start dari Pelabuhan ende yang dikenal sebagai kisah awal Bung Karno saat pengasingannya. Sang Proklamator menjalani pengasingan di Ende selama empat tahun sejak 14 Januari 1934. Setelah dari pelabuhan, parade beranjak ke Pos Detasemen 7-4 Kodim Ende. Tempat ini dahulu adalah lokasi militer jaman penjajahan Belanda yang menjadi tempat Bung Karno melaporkan diri saat tiba di Ende.
Parade kemudian beranjak menuju situs rumah pengasingan yang berjarak sekitar 200 meter dari Kodim. Dahulu, rumah pengasingan ini merupakan rumah penduduk, dengan pemiliknya yang bernama Abdullah Ambuwaru. Pada saat Bung Karno menjadi presiden pertama, di tahun 1951, Bung Karno mengunjungi Ende dan meminta pemilik rumah menjadikan rumah pengasingannya sebagai museum. Kemudian pada tahun 1954 saat kunjungannya yang kedua, Bung Karno meresmikan rumah tersebut sebagai situs Bung Karno.
Meninggalkan situs Bung Karno, parade pun melanjutkan perjalanan ke serambi Bung Karno di Biara St. Josef yang berjarak sekitar 1 km dari situs pengasingan. Serambi ini merupakan tempat Bung Karno banyak berdiskusi dengan pemuka agama Katolik dan tokoh masyrakat. Saat ini, serambi Bung Karno menjadi salah satu tempat wisata sejarah. Di tempat itu pula terdapat beberapa kursi tua dan sejumlah barang peninggalan sejarah berupa surat dan foto - foto.
Dari serambi Bung Karno, parade bergerak menuju makam Ibu Amsi. Ibu Amsi merupakan mertua Bung Karno, ibu dari Inggit Garnasih, istri kedua Bung Karno yang meninggal di Ende pada tahun 1935. Ibu Amsi turut bersama Bung Karno selama pengasingan di Ende. Nisan dari batu di makam Ibu Amsi adalah buah tangan yang dipahat sendiri oleh Bung Karno.
Selepas dari makam Ibu Amsi, parade berakhir di Taman Renungan Bung Karno, tepat di dekat pelabuhan di bawah sebuah pohon sukun yang telah berdiri patung Bung Karno dengan posisi menghadap ke arah laut. Taman ini merupakan tempat renungan Bung Karno tentang perjuangan Bangsa Indonesia. Di taman ini merupakan cikal bakal lahirnya Pancasila.
Seluruh rangkaian Parade Pesona Kebangsaan merupakan bentuk napak tilas mengenang perjalanan Bung Karno selama pengasingan di Ende. Kala itu, Bung Karno mulai menggali butir - butir Pancasila sebagai dasar Negara. Kisah inilah yang menjadikan Ende sebagai kota sejarah lahirnya Pancasila.
Festival Parade Pesona Kebangsaan merupakan momentum tahunan yang selalu digelar setiap tanggal 31 mei hingga 1 juni oleh Pemda Ende bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Festival ini juga masuk dalam Top 100 Kelender Pariwisata Nasional. Sayangnya, festival kali ini berada dalam masa pandemi sehingga peserta festival dibatasi.
Jika biasanya diawali dengan parade perahu motor di laut dengan mengusung gambar burung garuda terpaksa ditiadakan. Pada tahun lalu, festival ini juga ditiadakan karena di masa awal pandemi covid 19. Meskipun demikian, Bupati Ende Djafar Achmad mengatakan, nilai - nilai Pancasila harus tetap dihayati dan Kabupaten Ende tetap di kenang sebagai kota sejarah lahirnya Pancasila.
“Walaupun Festival Parade Pesona Kebangsaan kali ini tidak seperti tahun – tahun sebelumnya karena situasi masih pandemi, namun makna yang terkandung di dalamnya tidak boleh pudar dan hilang sebagai kota sejarah awal lahirnya Pancasila,” kata Djafar.
Peserta festival tahun ini juga dibatasi, hanya kalangan ASN Eselon 1 dan 2 di lingkup Pemda Ende bersama aparat TNI – Polri, tokoh agama, tokoh masyarakat dan sejumlah siswa siswi SMA yang menampilkan tarian. Peserta parade sebanyak 50 orang dan rombongan dilakukan secara estafet. Di setiap titik perhentian dilakukan pergantian peserta,guna mencegah kerumunan dan mobilisasi orang banyak. Dan seluruh peserta tetap menerapkan protokol kesehatan.
Sebagai salah satu festival yang bersinergi dengan pariwisata, Pemda Ende juga menggelar beberapa acara hiburan dan peresmian galery creatif Ende. Yaitu sebuah arena pameran promosi kerajinan rakyat, berupa tenunan dan sejumlah produk kuliner lokal.* (suaranagekeo for IP)
Facebook Comments