
Keterangan Gambar : Penanganan pengungsi akibat gempa Sulbar dipusatkan di Stadion Manakarra Mamuju untuk memudahkan fasilitasi pemenuhan bantuan.* (foto: tangkapan layar)
REDAM HOAX, BMKG PASANG ALAT PENGHITUNG PERCEPATAN TANAH DI MAMUJU
Redaktur: Anggoro Ananto Puspo
indonesiapersada.id – Mamuju, Sulbar: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, Senin (18/1), kembali terjadi gempa susulan berkekuatan M4.2 di Kabupaten Majene. Pusat kegempaan berada di darat pada kedalaman 10 km dengan arah 16 km timur laut Majene.
Laporan relawan di Mamuju yang masuk ke BNPB, gempa dirasakan cukup kuat namun tidak sampai menimbulkan kepanikan. Dan hingga berlangsung presscon virtual BNPB dari Jakarta dan Mamuju tadi sore jam 15.00 WIB tadi belum ada laporan terkait dampak gempa tersebut.
Sedangkan sejak terjadi gempa pertama pada Kamis (14/1/2021) sore lalu hingga hari ini, BMKG mencatat telah terjadi 31 kali gempa dengan pusat kegempaan berada di kawasan Kabupaten Majene. Meski diprediksi gempa susulan masih akan terus terjadi, masyarakat dihimbau agar tetap tenang. Jangan percaya hoax yang mengajak warga eksodus dari Mamuju karena hoax aka nada gempa susulan berkekuatan 8.2Mw.
Untuk memantau lebih jauh tentang gempa, BMKG juga telah memasang perangkat diseminasi informasi di Posko Penanggulangan Bencana sehingga Satgas PB Mamuju dan Majene yang ada di Posko dapat menerima informasi sesegera mungkin.
"Pada kesempatan ini kami sampaikan bahwa kami telah memasang perangkat diseminasi informasi di Posko Penanggulangan Bencana sehingga Satgas PB Mamuju dan Majene yang ada di Posko dapat menerima informasi sesegera mungkin, kurang lebih dalam waktu sekitar 23 menit," jelas Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG Rahmat Triyono, pada Press Conference Kondisi Terkini Penanganan Bencana Pascagempa Sulawesi Barat, di Posko Satgas PB Gempa Mamuju, Senin (18/1/2020).
Dengan adanya perangkat tersebut, setelah kejadian gempa bisa langsung dihitung yang hasilnya diharapkan dapat menjadi acuan untuk informasi kepada masyarakat di Mamuju dan sekitarnya. Misalnya, apakah gempa berpotensi tsunami atau tidak, agar tidak meresahkan masyarakat Mamuju dan Majene.
"Gempa Mamuju dan Majene, sangat berbeda dengan gempa Palu, karena aktivitas pergerakan sesar antara Mamuju dan Palu sangat berbeda. Di Palu, pergerakan sesarnya kurang lebih sekitar 35 milimeter per tahun, sementara di Mamuju dan Majene mungkin sekitar 10 hingga 15 milimeter per tahun," urai Rahmat Triyono.
Pada Virtual Presscon via Zoom yang juga disiarkan langsung di akun Facebook BNPB, Deputi Pencegahan BNPB Dedi Kurniawan mengatakan, dalam penanganan gempa Sulawesi Barat pihaknya menggandeng Kementerian lembaga terkait. Seperti Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian PU PR, BMKG dan Komisi Perlidungan Anak Indonesia (KPAI) Kementerian Pendidikan Nasional, serta Basarnas TNI dan Polri.
"Kami semuanya datang untuk mendukung apa yang terjadi di Sulawesi Barat. Kami juga mengkoordinasikan berbagai elemen masyarakat termasuk relawan dari seluruh Indonesia yang saat ini kami himpun dalam satu koordinasi Desk Relawan. Ada sekitar 33 organisasi relawan yang sudah hadir di Sulawesi Barat dari berbagai tempat di Indonesia," rinci Dedi Kurniawan.* (aap)
Facebook Comments