NOSTALGIA MASA KECIL, ATIKOH JAJAL BIKIN NDOG BLEDEG BANYUMAS

Keterangan Gambar : Siti Atikoh Supriyanti, istri calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, ke Banyumas bukan sekedar kampanye, Jum’at (29/12/2023), tapi sekaligus mempromosikan potensi wisata kuliner khas Banyumas yaitu Ndog Bledeg atau Kue Nopia yang telah diproduksi di Kampung Nopia Mino Pakunden sejak tahun 1880 M. (foto: tpn ganjar mahfud)


Oleh: Pimred Berita Indonesia Live (BILive) Aan Kasianto, Editor: Rita Zoelkarnaen

indonesiapersada.id – Banyumas, Jateng: Siti Atikoh Supriyanti bernostalgia mengenang masa kecilnya saat mencoba membuat jajanan khas Banyumasan, Kue Nopia atau Ndog Bledeg di Pakunden, Banyumas, Jumat (29/12/2023). Saking bahagianya, Atikoh pun berbahasa ngapak saat berbincang, serasa sedang pulang kampung.

Ndog Bledeg atau Nopia merupakan kue kering khas Kabupaten Banyumas. Kue ini menjadi satu dari sekian banyak kuliner khas Banyumas. Nah di Banyumas, terdapat kampung yang dikenal sebagai sentra produksi Nopia.

Adalah Pakunden atau Kampung Nopia Mino, menjadi kampung tua di Banyumas yang sudah ada sejak 1880. Atikoh datang didampingi tokoh masyarakat dan tokoh partai pengusung Ganjar - Mahfud.

"Nah kiye, Nopia alias Ndog Bledeg (Nah ini, Nopia alias Ndog Bledeg)," ucap Atikoh dengan bahasa ngapak saat masuk ke rumah yang menjadi pusat edukasi di Kampung Nopia Mino.

Demikian seperti dilaporkan Pimred Berita Indonesia Live (BILive) Aan Kasianto kepada redaksi www.indonesiapersada.id tadi siang.

Ibu satu anak itu pun teringat pada kampung halamannya di Purbalingga. Nopia menjadi kue khas yang disukai ketika dia masih kecil. Baru kali ini, Atikoh melihat langsung proses pembuatannya.

Atikoh bahkan mengikuti proses pembuatan Nopia dari awal. Mulai mengaduk terigu yang dicampur dengan gula, mentega, telur, hingga proses pemanggangan. Soal rasa, Nopia terkenal dengan isian gula merah.

"Asyik ya, karena saya makan nopia dari kecil ketika masih di Purbalingga. Proses produksi baru pernah ini," ucapnya.

Di Kampung Nopia warga membuat Kue Nopia dengan cara tradisional, yaitu masih menggunakan gentong tanah liat sebagai pemanggang atau oven. Meski panas, Atikoh tampak tak ragu saat harus menempel nopia mentah dan mengambil nopia yang sudah matang.

"Ini masih menerapkan local wisdom, oven-nya pakai (gentong) tanah liat. Asyik banget. Jadi tahu, bahwa hasilnya akan enak sekali kalau dibuat dengan penuh cinta," katanya.

Atikoh mengatakan, keberadaan Kampung Nopia bisa menjadi sarana edukasi bagi pelajar atau wisatawan yang ingin mengetahui proses produksi Kue Nopia.

"Jadi akan mengajarkan anak - anak bahwa sebuah produk atau hasil jadi, itu ada proses yang cukup lama, membutuhkan tenaga, kerja keras, dan dibutuhkan determinasi kuat kalau tidak ada sesuatu yang instan. Di dunia ini, semuanya harus ada proses dan kalau kita berproses dengan baik, hasilnya juga akan baik," tandasnya.* (aan)

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.

Slot Gacor