45 JUTA PENDUDUK INDONESIA, MERASA TIDAK AKAN TERPAPAR COVID 19

Keterangan Gambar : GAMBAR INDONESIAPERSADA.ID


Ketua Satgas Covid 19 Doni Monardo dalam press con daring hasil survey BPS tentang perilaku masyarkat Indonesia di tengah pandemi Covid 19, Senin (28/09/20) di Jakarta.* (foto: Humas BNPB)

indonesiapersada.id – Jakarta: Menurut data hasil survey Badan Pusat Statistik, sebanyak 17% dari seluruh penduduk Indonesia merasa tidak akan terpapar, dan tidak percaya adanya penyakit yang disebabkan oleh virus jenis SARS-Cov-2.

Hal tersebut disampaikan Ketua Satgas Penanganan Covid 19 Doni Monardo, Senin (28/09/20) sore, dalam acara Rilis Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19 di Media Center, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Senin (28/9).

Jika jumlah penduduk Indonesia tahun 2020 tercatat 269,6 juta jiwa maka angka penduduk yang merasa tidak akan terkena Covid 19 ada lebih dari 45 juta orang.

Pada kesempatan yang sama, Doni juga menjelaskan bahwa menurut data hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS), ada sebanyak 17 persen dari seluruh penduduk di Indonesia merasa tidak akan terpapar dan tidak percaya adanya penyakit yang disebabkan oleh virus jenis SARS-CoV-2 itu.

Padahal sebagaimana yang telah diketahui bahwa penularan COVID-19 itu terjadi melalui perantara manusia. Hal itu berbeda dengan flu burung atau flu babi, yang mana perantaranya adalah hewan.

Sehingga menurut Doni, tiap jengkal tanah di suatu wilayah yang terdapat kasus COVID-19 maka wilayah itu tidak aman dan memiliki potensi penularan.

“COVID-19 ini ditulari atau media yang mengantarkan, itu bukan hewan, tetapi manusia,” jelas Doni.

"Nah, kalau seandainya yang 17 persen tadi, merasa tidak akan terpapar COVID, lantas ada di antara orang-orang terdekatnya itu sudah positif COVID ya, cepat atau lambat pasti akan tertular,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Doni juga menegaskan bahwa dalam melaksanakan upaya pencegahan penularan COVID-19 perlu adanya kontribusi seluruh instrumen, baik yang ada di pusat maupun di daerah berbasis pentaheliks.

Adapun dalam implementasinya, semua instrumen tersebut harus terlibat, sebab penularan COVID-19 juga terjadi dari orang-orang terdekat sekalipun.

“Inilah yang harus kita lakukan, bagaimana kita secara bersama-sama menggerakkan seluruh instrumen, baik yang ada di pusat, maupun di daerah, dengan kolaborasi pentahelix berbasis komunitas,” terang Doni.

“Nah, ini yang perlu kita pahami. Bahwa setiap orang berpotensi menulari satu sama lainnya,” pungkasnya.*(rit’z)

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.

Slot Gacor