
Keterangan Gambar : Bertempat di Kabupaten Magelang, Selasa (31/1/2023), Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memimpin Rakor Penanganan Kemiskinan Ekstrem. (foto: kominfojateng)
STRATEGI GANJAR GUNAKAN PROYEK PADAT KARYA TURUNKAN KEMISKINAN EKSTREM
indonesiapersada.id – Magelang: Penyerapan tenaga kerja dari keluarga miskin menjadi salah satu resep upaya penurunan kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah (Jateng). Nah, bagaimana strategi Pemerintah Provinsi (Pemprov) setempat menjalankannya?
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, penyerapan tenaga kerja dari keluarga miskin ekstrem dilakukan pada pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pemprov Jateng. Seperti pada proyek Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Magelang.
“Misalnya, kita membuat masjid. Di sekitar situ ada yang miskin ekstrem berapa? Ada yang bisa kerja disini, itu akan membantu. Sehingga program Padat Karya di desa, kabupaten dan provinsi akan bisa menurunkan tingkat kemiskinan dan itu sudah berjalan,” ujar Ganjar, usai Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Kemiskinan Ekstrem di Desa Donorojo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang, Selasa (31/1/2023), sebagaimana dikutip dari website Pemprov Jateng.
Selain itu, ikhtiar pun dilakukan dengan menjembatani perusahaan dan pencari kerja dari keluarga miskin ekstrem. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng mengidentifikasi perusahaan – perusahaan di 17 wilayah yang terdapat kemiskinan ekstrem.
Kepala Disnakertrans Jateng Sakina Rosellasari menyampaikan, dari identifikasi yang dilakukan, hasilnya di setiap wilayah terdapat peusahaan yang membuka lowongan. Ada ribuan lowongan kerja yang tersedia. Seperti di Kabupaten Kebumen terdapat 1.447 kesempatan kerja dan Kabupaten Purworejo terdata terbuka 235 lowongan kerja.
“Kita mendapatkan data banyak, di setiap kabupaten ada lowongan kerja. Mulai padat karya, perusahaan rokok, dan lain – lain. Ada yang membutuhkan unskilled (tidak terampil) dan skilled (terampil),” terangnya.
Guna menjembatani hal tersebut, kata Sakina, pihaknya berkoordinasi dengan personalia masing – masing perusahaan. Selain itu, pelatihan pun disediakan agar calon pekerja dari keluarga miskin memiliki modal keterampilan.
“Yang membutuhkan unskilled bisa masuk langsung. Yang tergabung dalam padat karya, garmen, dan alas kaki, kami bekerja sama dengan Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) (untuk pelatihan). Ada juga Blai Latihan Kerja (BLK) kami dengan menggunakan Mobile Training Unit,” lanjut Sakina.
Pihaknya juga bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jateng untuk mendapatkan data. Adapun, keluarga miskin yang berpeluang mendapatkan pekerjaanadalah mereka yang berusia antara 19 hingga 45 tahun. Selain usia produktif, jenis gender juga menjadi pertimbangan perekrutan.
“Yang usianya produktif dan jenis gender dipilah, kemudian kami sounding ke HRD perusahaan,” pungkasnya.*(rit’z)
Facebook Comments